SENI GAMBAR DAN LUKIS BUDAYA LOKAL
TULISAN ILMIAH
SENI GAMBAR DAN LUKIS BUDAYA LOKAL
Di susun oleh:
Fajar Ibrahim Nasry Hamdan 51421685
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2021
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa dan merupakan sebuah pengembangan dari menggambar. Pada zaman dulu hingga saat ini, banyak masyarakat umum yang mengartikan lukisan sebagai kanvas yang dilukis dengan cat menggunakan kuas. Namun, saat ini sudah sangat banyak media lain yang digunakan oleh para seniman untuk dijadikan sebagai karya seni lukis. Jika di dalam karya tersebut memiliki perasaan, emosi, dan gagasan seorang seniman untuk pencapaian tertentu dapat menggunakan pigmen atau non pigmen.
Indonesia memiliki begitu banyak budaya, dari tiap-tiap provinsi memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dengan ciri khas yang dimiliki. Masyarakat di Indonesia sendiri dikenal sebagai masyarakat multikultural, dimana masyarakat Indonesia sendiri memiliki latar belakang dengan beragam etnis, suku, agama, budaya. Tidak banyak orang yang tahu bahwa keberagaman budaya Indonesia itu seolah-olah menjadi saksi di mana pada zaman dahulu para leluhur yang telah mendahului kita menjadi pemeran atau pun „boga lakon‟ dari semua kejadian sejarah Indonesia. Sejarah mengatakan bahwa dengan bambu runcing, para pejuang terdahulu berjuang merebut harkat, martabat dan derajat bumi pertiwi ini menuju gerbang kemerdekaan. Para pejuang terdahulu berjuang mati-matian dengan semangat yang membara tanpa mengenal lelah memperjuangkan Indonesia.
B. Rumus Masalah
1. Pengertian seni lukis dan gambar
2. Latar belakang seni lukis and gambar di Indonesia
3. Beberapa macam lukisan dan gambaran lokal yang berada di Jawa Barat
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui beberapa macam lukisan dan gambaran lokal yang berada di Jawa Barat
2. Mengetahui latar belakang setiap jenis lukisan dan gambaran lokal
Kata kunci: Pengertisn seni gambar dan lukis, Seni lukis kaca, Lukisan leang-leang, Lukisan Gadis Sunda.
BAB II
Pembahasan
Pengertian Seni lukis
Seni lukis : Seni lukis berwujud dua dimensi. Seni lukis biasanya dibuat di atas media kain kanvas, kertas, dan kaca. Peralatan yang digunakan untuk menggambar atau melukis dapat berupa cat minyak (acrylic), cat air, cat poster, dan sebagainya. Contoh seni lukis : Lukisan Starry Night yang dilukis oleh Vincent van Gogh.
Pengertian seni lukis menurut para ahli
- Galeria Fasya Art Studio
Seni lukis merupakan cabang atau bagian dari seni rupa di mana wujud dari lukis itu merupakan karya dua dimensi dwi matra, walau memiliki dasar pengertian yang sama dengan seni rupa, seni lukis memiliki arti yang lebih karena seni lukis merupakan sebuah pengembangan yang lebih utuh dari sekadar menggambar.
- Menurut Suyanto
Menurut Suyanto, seorang seniman lukis mengatakan seni lukis merupakan karya seni rupa yang dituangkan dalam bentuk lukisan hasil dari ekspresi jiwa seorang seniman.
Jenis-jenis aliran seni lukis:
1. Klasisme
2. Naturalisme
3. Ekspresionisme
4. Surealisme
5. Futurisme
Teknik-teknik yang digunakan dalam seni lukis
- Teknik pointillis
Teknik pointillis merupakan teknik yang membutuhkan suatu kesabaran yang lebih. Hal ini dikarenakan teknik lukis ini menggunakan titik-titik agar menghasilkan tampilan lukisan yang indah dan menawan.
- Teknik spray
Teknik spray merupakan teknik lukis gaya baru dengan menyemprotkan cat ke papan atau media lukis. Teknik lukis ini sering digunakan untuk melukis grafitti di dinding-dinding.
- Teknik campuran
Tujuan seni lukis
- Tujuan religius
Seorang pelukis mampu menjadikan lukisan atau hasil karyanya bernilai keagungan kepada Tuhan YME, leluhur, nenek moyang, atau dewa.
- Tujuan estetis
Seniman yang menampilkan tujuan estetis biasanya akan menampilkan pemandangan keindahan suatu daerah.
- Tujuan ekspresi
Seniman meluapkan segala isi hatinya dalam sebuah karya di kanvas atau kertas yang mewakili rasa bahagia atau sedih.
Pengertian seni gambar
Seni gambar : Seni gambar adalah seni membuat gambar dengan pensil atau spidol, yang biasanya digambarkan di kertas. Seni gambar berwujud dua dimensi. Contoh : Seni kaligrafi.
Pengertian Seni Gambar Menurut Para Ahli
- Affandi
Menurut Affandi (dalam Saiful Haq, 2008, hlm. 2), menggambar dan melukis merupakan perwujudan bayangan angan-angan ataupun suatu pernyataan perasaan/ekspresi dan pikiran yang diinginkan. Perwujudan tersebut dapat berupa tiruan objek ataupun fantasi yang lengkap dengan garis, bidang, warna, dan tekstur dengan sederhana.
- F.D.K Ching
Menggambar merupakan kegiatan menuangkan persepsi visual ke dalam media gambar, seperti yang diungapkan oleh Ching (2002, hlm. 9) bahwa Menggambar adalah membuat guratan diatas sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan terhadap sesuatu. Proses menyalin ini memang mudah dan merupakan aksi ampuh bagi manusia untuk membuat suatu ekspresi visual.
Walaupun semua itu berakar kuat dalam kemampuan kita untuk melihat, menggambar tidak pernah membuat kita mempersepsikan apa yang terlihat sebagai realitas di luar sana dan visi yang ada di dalam pikiran kita.
Dalam proses menggambar, kita menciptakan realitas yang terpisah dan setara dengan pengalaman-pengalaman kita. Penyajian secara grafis yang demikian adalah cara yang vital untuk mencatat hasil observasi, memberi bentuk pada apa yang kita visualiasikan, dan mengomunikasikan berbagai pemikiran dan konsep yang kita miliki.
- Seni Lukis Kaca Cirebon
Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan batas, sekaligus pintu gerbang Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah di nusantara yang mempunyai keunikan-keunikan dan kekhasan budaya. Dengan keunikan dan kekhasan budayanya itu, menjadikan Kabupaten Cirebon sebagai salah satu kabupaten yang menarik dan menjadikan prioritas kunjungan para wisatawan. Posisinya sebagai kota pelabuhan membuat berbagai kebudayaan dari luar Nusantara masuk ke dalam masyarakat Cirebon yang kemudian berakulturasi dengan kebudayaan setempat. Hal ini mempengaruhi artefak kebudayaan yang ada di Cirebon, salah satunya adalah lukisan kaca atau seni lukis kaca.
Seni lukis merupakan salah satu karya seni dua dimensi yang semua orang hampir mengetahuinya, mulai dari seni lukis yang realistis sampai yang dekoratif. Semua itu bergantung bagaimana seorang seniman atau pengrajin menganut aliran atau paham dalam berkarya seni lukis. Seni lukis kaca merupakan salah satu karya seni atau benda seni, oleh sebab itu untuk dapat dikatakan benda atau karya yang mempunyai nilai estetis dapat dilihat dari unsur-unsur rupa serta prinsip-prinsip desain yang dipakai dan menjadi serangkaian yang berpadu menjadi kesatuan yang utuh dan menjadi satu karya yang indah.
1. Asal usul Seni Lukis Kaca
Seni lukis kaca yang ada di Kabupaten Cirebon, diperkirakan mulai ada sekitar abad ke-18, ketika Sultan membuat lambing kebesaran keraton Cirebon. Lambing itu berbentuk Harimau (macan) yang dilukis bertuliskan huruf Arab (kaligrafi) di atas selembar kaca bening. Lambing keraton Cirebon itu dikenal dengan sebutan “Macan Ali”. Keindahan lukisan pada kaca tersebut membuat seniman Cirebon lainnya mengembangkan di luar keraton pada kira-kira abad ke-19. Pada awalnya seni lukis kaca di luar keraton Cirebon terdapat pada sandaran kursi dan kaca-kaca jendela/pintu kemudian berkembang pada obyek lukisan yang bernafaskan Islam, seperti Ka’bah, masjid, dan buroq. Bahkan lukisan semacam itu oleh masyarakat pedesaan disebut figura (lukisan berbingkai).
Baru pada abad ke-20 seni lukis kaca mulai berkembang dengan teknis pengerjaan yang lebih baik. Sasaran yang menjadi obyek lukisannya seperti wayang kulit, dan kaligrafi (Syahadat, ayat kursi, orang sedang shalat, dan sebagainya).
Lukisan kaca adalah jenis lukisan yang digambari dan diwarnai dari sisi belakang bidang kaca, dan dikerjakan dalam keadaan terbalik. ... Lukisan kaca Cirebon yang mengawali keberadaannya pada paro kedua abad ke-19, adalah bentuk seni rupa yang merupakan perpaduan berbagai unsur budaya.
Tujuan Bertujuan untuk membuat gambar di sebuah kaca yang unik, dan warna menarik, dan juga sebagai hiasan
2. Tujuan dan Makna Seni Lukis Kaca
Ciri khas lukisan kaca Cirebon adalah Kaligrafi, Wayang dan Batik Cirebon, ada 42 jenis kaligrafi peninggalan para Wali atau Sunan, khususnya Sunan Gunung Jati, semuanya mempunyai makna dan tujuan yang berbeda. Salah satunya adalah Macan Ali berupa tulisan arab dengan 6 lafadz dua kalimat syahadat, kaligrafi ini bertujuan memberikan semangat atau memotivasi pemiliknya agar selalu ingat kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu seni lukis kaca juga melukis tentang dunia pewayangan yang mempunyai sejarah yang luar biasa. Wayang yang biasa di lukis oleh para seniman lukis kaca adalah lukisan Ganesha, gambar dua gajah yang satu membawa pedang dan satunya lagi membawa gada. Lukisan ini dipercaya menjaga kekuatan jahat, biasanya di pajang di depan pintu rumah. Untuk lukisan wayang berdasarkan pesanan bagi orang yang percaya dunia perwayangan. Dalam seni lukis kaca wayang merupakan objek yang sering digambarkan oleh seniman lukis kaca karena pada zaman dulu kala para wali mendakwahkan agama islam dengan menggunakan wayang. Karakter wayang akan disesuaikan dengan hari weton atau kelahiran si pemesan, misalnya tokoh Arjuna Senin, Bima Selasa, Semar Rabu, Hanoman Kamis, Prabu Kresna Jumat, Baladewa Jumat, dan Yudistira Minggu. Masing-masing membawa sifat dan kepribadian berbeda yang diharapkan membawa pengaruh baik bagi pemilik lukisan apabila pesanannya berdasarkan rambu-rambu weton. Adapun pengaruh cerita wayang berasal dari pertunjukan wayang yang diperagakan para wali untuk meyebarkan agama Islam. Kuatnya kepercayaan tokoh wayang yang baik membuat para pengrajin lukisan kaca 7 selalu menampilkan tokoh seperti Kresna, Arjuna, Rama, Lesmana, dan lain-lain.
3. Jenis – Jenis Lukis Kaca
1. Lukis Kaca Wayang
Lukisan Ganesha, gambar dua gajah yang satu membawa pedang dan satunya lagi membawa gada. Lukisan ini dipercaya menjaga kekuatan jahat, biasanya di pajang di depan pintu rumah. Gambar II.1 Lukis Kaca Wayang sumber foto:Sanggar Alam Sunyaragi
2. Lukisan Kaca Kaligrafi Cirebon
Biasanya lukisan ini menggambarkan kaligrafi yang dipadukan dengan ornament-ornament khas Cirebon. 8 Gambar II.2 Lukis Kaca Kaligrafi Cirebon sumber foto:Sanggar Alam Sunyaragi
3. Lukisan Kaca Kaligrafi Islam
Lukisan ini menggambarkan kaligrafi saja tanpa ornament- ornament khas Cirebon. Gambar II.3 Lukis Kaca kaligrafi islam sumber foto:Sanggar Alam Sunyaragi 9
4. Lukisan Kaca Batik Cirebon
Lukisan ini menggambarkan batik Cirebon seperti mega mendung dan wadasan yang dikenal sebagai ornament khas Cirebon. Gambar II.4 Lukis kaca Batik Cirebon sumber foto:Sanggar Alam Sunyaragi
5. Lukisan Kaca Oriental
Lukisan kaca oriental biasanya menggambarkan ornament- ornament khas China dan biasanya lukisan kaca oriental ini merupakan pesanan.Dian mulyadiBanyaknya variasi dalam seni lukis kaca merupakan perkembangan yang dialami oleh seniman untuk membaca selera pasar.itu yang membuat para seniman bisa bertahan hingga saat ini. 10 Gambar II.4 Lukisan Kaca Oriental sumber foto:Sanggar Alam Sunyaragi
6. Plakat Lukis Kaca
Adapun karya dari seniman Dian Mulyadi yang berani membuat seni lukis kaca dengan objek lain bukan hanya dari objek wayang, kaligrafi maupun batik. Dian Mulyadi sudah menunjukan sebuah pengembangan dari seni lukis kaca. Selain itu Dian mulyadi juga membuat plakat yang prosesnya sama seperti seni lukis kaca. Plakat lukis kaca adalah sebuah plakat yang prosesnya tidak seperti plakat pada umumya, plakat lukis kaca ini prosesnya dengan cara dilukis seperti lukis kaca. 11 Gambar II.5 Plakat sumber foto:Sanggar Alam Sunyaragi
4. Peralatan:
1) Kaca bening sebagai media lukisan satu lembar,
2) Cat kayu sebagai pewarna secukupnya,
3) Kuas untuk alat pengecat secukupnya,
4) Kertas untuk sketsa atu lembar,
5) Tripleks untuk pelapis secukupnya,
6) Bingkai kayu untuk penghias tepi sebanyak empat batang,
7) Ballpoint untuk membuat sketsa satu batang,
8) Penggaris untuk membuat garis, satu batang.
5. Proses Pembuatan
1) Persiapan :
– Menyiapkan sketsa gambar
– Menyiapkan kaca
– Menyiapkana tinta hitam dan kuas
2) Inti:
– Meletakkan sketsa gambar di atas meja
– Meletakkan kaca di atas sketsa
– Membuat pola gambar dengan tinta hitam
– Penyaringan
3) Penutup :
– Pemasangan Bingkai
– Pemasangan lapisan kaca
- Lukisan leang-leang
- Lukisan Lady with Kebaya
Lukisan itu diberi nama Lady With Kebaya. Dibuat di atas kanvas ukuran 113 cm x 76 cm dengan goresan cat minyak. Lukisan beraliran realisme yang mengusung gaya mooi indie itu menggambarkan sosok seorang wanita anggun dalam balutan kebaya ungu dan selendang merah. Kalung emas menghiasi leher jenjangnya. Sementara rambut hitamnya disanggul tradisional.
Lukisan tersebut dibuat oleh maestro Basuki Abdullah. Sementara modelnya adalah Kartini Manoppo, seorang model dan pramugari Garuda Indonesia. Lukisan itulah yang menjadi awal mula percintaan sang pramugari dengan presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Kisah cinta Soekarno dan Kartini Manoppo memang berawal dari Lady with Kebaya. Setelah melihat lukisan tersebut pada suatu kesempatan, Soekarno langsung terpikat pada wanita yang menjadi modelnya. Sang proklamator lantas mencari tahu identitas wanita yang dilukis itu langsung dari Basuki Abdullah sendiri.
Tak butuh waktu lama bagi Soekarno untuk mendekati sang model. Dia adalah Kartini Manoppo, seorang gadis ningrat kelahiran Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
"Engkau sungguh luar biasa!" puji Soekarno terhadap Kartini seperti dikutip dari buku Istri-Istri Sukarno karya Reni Nuryanti.
Setelah Soekarno mengenal Kartini, perempuan cantik itu segera ditugaskan di pesawat kepresidenan, Dolok Martimbang. Kartini menemani hampir setiap perjalanan sang presiden, kecuali jika salah satu istrinya ikut di dalam penerbangan.
Soekarno pun akhirnya menjadikan Kartini sebagai istrinya pada tahun 1959. Namun Kartini dikirim ke Jerman untuk menghindari kemelut politik di tanah air. Dia melahirkan seorang anak lelaki pada tahun 1967. Soekarno menamainya Totok Suryawan Soekarnoputra.
- Lukisan Dyah Pitaloka
Menurut catatan sejarah Pajajaran oleh Saleh Danasasmita serta Naskah Perang Bubat oleh Yoseph Iskandar, niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Majapahit dan Sunda. Raden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit dianggap keturunan Sunda dari Dyah Lembu Tal dan suaminya yaitu Rakeyan Jayadarma, raja kerajaan Sunda.
Hal ini juga tercatat dalam Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut pula dengan nama Jaka Susuruh dari Pajajaran. Meskipun demikian, catatan sejarah Pajajaran tersebut dianggap lemah kebenarannya, terutama karena nama Dyah Lembu Tal adalah nama laki-laki.
Alasan umum yang dapat diterima adalah Hayam Wuruk memang berniat memperistri Dyah Pitaloka dengan didorong alasan politik, yaitu untuk mengikat persekutuan dengan Negeri Sunda
Atas restu dari keluarga kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maharaja Linggabuana untuk melamar Dyah Pitaloka. Upacara pernikahan rencananya akan dilangsungkan di Majapahit.
Pihak dewan kerajaan Negeri Sunda sendiri sebenarnya keberatan, terutama Mangkubumi Hyang Bunisora Suradipati. Ini karena menurut adat yang berlaku di Nusantara pada saat itu, tidak lazim pihak pengantin perempuan datang kepada pihak pengantin lelaki. Selain itu ada dugaan bahwa hal tersebut adalah jebakan diplomatik Majapahit yang saat itu sedang melebarkan kekuasaannya. Di antaranya dengan cara menguasai Kerajaan Dompu di Nusa Tenggara.
Linggabuana memutuskan untuk tetap berangkat ke Majapahit, karena rasa persaudaraan yang sudah ada dari garis leluhur dua negara tersebut. Linggabuana berangkat bersama rombongan Sunda ke Majapahit dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.
Ketika pernikahan akan digelar, Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan diiringi sedikit prajurit. Menurut Kidung Sundayana, timbul niat Mahapatih Gajah Mada untuk menguasai Kerajaan Sunda. Gajah Mada ingin memenuhi Sumpah Palapa yang dibuatnya pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta. Sebab dari berbagai kerajaan di Nusantara yang sudah ditaklukkan Majapahit, hanya kerajaan Sunda yang belum dikuasai.
Dengan maksud tersebut, Gajah Mada membuat alasan oleh untuk menganggap bahwa kedatangan rombongan Sunda di Pesanggrahan Bubat adalah bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit. Gajah Mada mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin, tapi sebagai tanda takluk Negeri Sunda dan pengakuan superioritas Majapahit atas Sunda di Nusantara.
Hayam Wuruk sendiri disebutkan bimbang atas permasalahan tersebut, mengingat Gajah Mada adalah Mahapatih yang diandalkan Majapahit pada saat itu.
Gugurnya Rombongan Sunda
Kemudian terjadi insiden perselisihan antara utusan Linggabuana dengan Gajah Mada. Perselisihan ini diakhiri dengan dimaki-makinya Gajah Mada oleh utusan Negeri Sunda yang terkejut bahwa kedatangan mereka hanya untuk memberikan tanda takluk dan mengakui superioritas Majapahit, bukan karena undangan sebelumnya. Namun Gajah Mada tetap dalam posisi semula.
Belum lagi Hayam Wuruk memberikan putusannya, Gajah Mada sudah mengerahkan pasukannya (Bhayangkara) ke Pesanggrahan Bubat dan mengancam Linggabuana untuk mengakui superioritas Majapahit.
Demi mempertahankan kehormatan sebagai kesatria Sunda, Linggabuana menolak tekanan itu. Terjadilah peperangan yang tidak seimbang antara Gajah Mada dengan pasukannya yang berjumlah besar, melawan Linggabuana dengan pasukan pengawal kerajaan (Balamati) yang berjumlah kecil serta para pejabat dan menteri kerajaan yang ikut dalam kunjungan itu. Peristiwa itu berakhir dengan gugurnya Linggabuana, para menteri, pejabat kerajaan beserta segenap keluarga kerajaan Sunda. Raja Sunda beserta segenap pejabat kerajaan Sunda dapat didatangkan di Majapahit dan binasa di lapangan Bubat.
Tradisi menyebutkan, sang Putri Dyah Pitaloka dengan hati berduka melakukan bela pati, bunuh diri untuk membela kehormatan bangsa dan negaranya. Tindakan ini mungkin diikuti oleh segenap perempuan-perempuan Sunda yang masih tersisa, baik bangsawan ataupun abdi.
- Lukisan Gadis Sunda
Lukisan karya Basuki Abdulah dengan judul karya “Gadis Sunda” yang dibuat pada tahun 1951 ini masih memvisualkan kesenangannya melukis wanita. Terlihat subjek matter yang terlihat adalah seorang gadis yang duduk tersipu, dengan ekspresi wajah yang tampak gundah. Gadis tersebut memakai kebaya khas sunda berwarna kuning dengan bawahan rok dari kain jarik berwarna coklat. Kemudian gadis tersebut duduk pada sebuah tikar di dalam rumah yang bertembokan bilik dari anyaman bambu. Gadis itu duduk dengan tangan kirinya memegang salah satu sendalnya yang ia lepas.
Lukisan ini berbentuk figuratif yang memperlihatkan seluruh tubuh dari gadis tersebut meskipun dia dengan posisi duduk. Lukisan ini berbentuk vertikal yang dibuat dengan media cat minyak pada kanvas dengan ukuran 90x65 cm. Terdapat kesan gelap terang yang ditampilkan oleh Basuki. Cahaya terkesan berasal dari arah diagonal samping kanan gadis sunda tersebut. Warna yang digunakan cenderung dari warna kuning-kuning keemasan hingga hitam gelap. Meskipun ada yang terkesan berwana putih namun tampak kusam. Basuki abdulah terkesan ingin menampilkan sosok gadis sunda yang terkesan apa adanya dan sangat lugu dan kalem.
- Lukisan Prabu Siliwangi
Prabu Siliwangi merupakan seorang penguasa Sunda-Galuh yang mendapatkan gelar sebagai Sri Baduga Maharaja Ratu Haji yang berada di Pakuan Pajajaran Sri Sang Raru Dewata.
Hal ini di karenakan Prabu Siliwangi dinobatkan sebanyak dua kali yaitu: yang pertama pada saat Jaya Dewata menerima tahta Kerajaan Galuh yang di dapatkan dari sang ayah (Prabu Dewa Niskala)
Yang kedua Prabu Siliwangi dinobatkan pada saat Prabu Siliwangi menerima tahta dari Kerajaan Sunda.
Prabu Siliwangi juga di kenal dengan nama lain yaitu Sri Baduga Mahajara. Hal ini berdasarkan tradisi lama yang tidak di perbolehkan menyebutkan gelar yang sesungguhnya. Maka karena hal ini Prabu Siliwangi banyak di kenal dengan nama tersebut.
Selain itu Prabu Siliwangi berasal dari dua kata yaitu “Sillih yangartinya pengganti” dan juga “wewangi ” sehingga Prabu Siliwangi adalah Pengganti Prabu Wangi.
Selain itu Prabu Siliwangi mendapatkan julukan yang di kenal mempunyai ilmu kesaktian yang di sebut juga Ajian Macam Putih. Selain itu juga beliau memimpin pada saat masa keemasan Pakuan yaitu selama 39 tahun (1482-1521).
Prabu Siliwangi sangat di hormati oleh Pangeran Cakrabuana maupun Syarif Hidayat. Hal ini membuat hubungan yang kurang baik antara Pajajaran dengan Cirebon tidak sampai menjurus ke dalam untuk menjatuhkan pemerintahan.
Karena keakraban antara Cirebon dengan Demak membuat kurangnya Prabu Siliwangi suka. Bukan kurang menyukai kerajaan Cirebon itu. Dan Prabu Siliwangi tidak merasa keberatan dengan ajaran islam, apalagi salah satu permaisuri Prabu Siliwangi adalah seorang muslim. Bahkan Prabu Siliwangi memberikan izin kepada anaknya untuk mengikuti ajaran agama ibunya sejak masih kecil.
Hal ini membuat adanya perbedaan pandangan dan juga perbedaan keyakinan, namun itu semua tidak sampai membuat pertumpahan darah yang terjadi antara mereka. Hal ini membuat pemerrintahan pada masa Prabu Siliwangi di sebutkan sebagai pemerintahan yang penuh dengan keadilan dan toleransi.
- Kaligrafi Aksara Sunda
BAB III
Penutup
KESIMPULAN
Seni Lukis adalah sebuah cabang dari seni visual yang mengutamakan kerja manual. Kerja manual yang dimaksudkan adalah sebuah proses kerja fisik dan hubungan langsung antara perupa/pelukis dengan karya yang dihasilkan. Proses pengerjaan secara manual tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang eksklusif/satu-satunya. Selain daripada hasil eksklusif yang diharapkan adalah bagaimana kemudian latar belakang dan pemilihan teknik pengerjaaan karya lukisan dapat menjadi sebuah pertimbangan dalam rangka kegiatan mengkoleksi karya. Namun upaya plagiatisme/meniru/memalsu sebuah lukisan telah cukup menjadi isu dan perilaku kejahatan yang mengganggu keberlangsungan kerja kreatif tersebut.
Telah banyak pekerja kreatif khususnya pelukis yang telah mengalami bagaimana karya-karya dipalsukan hingga mrngalami kerugian secara finansial maupun moral. Bahkan hingga hari ini upaya pemalsuan masih menghantui dunia seni lukis. Memalsu sebuah karya untuk mendapatkan keuntungan adalah sebuah tindakan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai apresiasi terhadap karya lukisan.
DAFTAR PUSTAKA
https://serupa.id/pengertian-menggambar-jenis-teknik-alat-pendapat-ahli/
https://gizigo.id/kerajinan/seni-lukis-kaca/
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210114161948-199-593813/lukisan-gua-tertua-dunia-ada-di-ri-tanda-kecerdasan-budaya
https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Prasejarah_Leang-Leang
https://id.wikipedia.org/wiki/Dyah_Pitaloka_Citraresmi
https://www.merdeka.com/gaya/kisah-lukisan-basuki-abdullah-yang-jadi-saksi-asmara-soekarno-dan-pramugari-garuda.html
https://nasional.okezone.com/read/2021/10/10/337/2484188/asal-usul-prabu-siliwangi-raja-termasyhur-dari-tanah-sunda
https://merajutindonesia.id/tilik/91fzzf/aksara-sunda-dalam-gaya-kaligrafi
Comments
Post a Comment