SENI GAMBAR DAN LUKIS BUDAYA LOKAL



 TULISAN ILMIAH

SENI GAMBAR DAN LUKIS BUDAYA LOKAL




Di susun oleh:

Fajar Ibrahim Nasry Hamdan      51421685






JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA 

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA 



2021










BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

    Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa dan merupakan sebuah pengembangan dari menggambar. Pada zaman dulu hingga saat ini, banyak masyarakat umum yang mengartikan lukisan sebagai kanvas yang dilukis dengan cat menggunakan kuas. Namun, saat ini sudah sangat banyak media lain yang digunakan oleh para seniman untuk dijadikan sebagai karya seni lukis. Jika di dalam karya tersebut memiliki perasaan, emosi, dan gagasan seorang seniman untuk pencapaian tertentu dapat menggunakan pigmen atau non pigmen.

Indonesia memiliki begitu banyak budaya, dari tiap-tiap provinsi memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dengan ciri khas yang dimiliki. Masyarakat di Indonesia sendiri dikenal sebagai masyarakat multikultural, dimana masyarakat Indonesia sendiri memiliki latar belakang dengan beragam etnis, suku, agama, budaya. Tidak banyak orang yang tahu bahwa keberagaman budaya Indonesia itu seolah-olah menjadi saksi di mana pada zaman dahulu para leluhur yang telah mendahului kita menjadi pemeran atau pun „boga lakon‟ dari semua kejadian sejarah Indonesia. Sejarah mengatakan bahwa dengan bambu runcing, para pejuang terdahulu berjuang merebut harkat, martabat dan derajat bumi pertiwi ini menuju gerbang kemerdekaan. Para pejuang terdahulu berjuang mati-matian dengan semangat yang membara tanpa mengenal lelah memperjuangkan Indonesia.


B. Rumus Masalah

1. Pengertian seni lukis dan gambar

2. Latar belakang seni lukis and gambar di Indonesia

3. Beberapa macam lukisan dan gambaran lokal yang berada di Jawa Barat


C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui beberapa macam lukisan dan gambaran lokal yang berada di Jawa Barat

2. Mengetahui latar belakang setiap jenis lukisan dan gambaran lokal 


Kata kunci: Pengertisn seni gambar dan lukis, Seni lukis kaca, Lukisan leang-leang, Lukisan Gadis Sunda.




BAB II

Pembahasan

Pengertian Seni lukis

Seni lukis : Seni lukis berwujud dua dimensi. Seni lukis biasanya dibuat di atas media kain kanvas, kertas, dan kaca. Peralatan yang digunakan untuk menggambar atau melukis dapat berupa cat minyak (acrylic), cat air, cat poster, dan sebagainya. Contoh seni lukis : Lukisan Starry Night yang dilukis oleh Vincent van Gogh.


 Pengertian seni lukis menurut para ahli

- Galeria Fasya Art Studio

Seni lukis merupakan cabang atau bagian dari seni rupa di mana wujud dari lukis itu merupakan karya dua dimensi dwi matra, walau memiliki dasar pengertian yang sama dengan seni rupa, seni lukis memiliki arti yang lebih karena seni lukis merupakan sebuah pengembangan yang lebih utuh dari sekadar menggambar.


 - Menurut Suyanto

Menurut Suyanto, seorang seniman lukis mengatakan seni lukis merupakan karya seni rupa yang dituangkan dalam bentuk lukisan hasil dari ekspresi jiwa seorang seniman.


Jenis-jenis aliran seni lukis:


1. Klasisme

2. Naturalisme

3. Ekspresionisme

4. Surealisme

5. Futurisme


Teknik-teknik yang digunakan dalam seni lukis


- Teknik pointillis

Teknik pointillis merupakan teknik yang membutuhkan suatu kesabaran yang lebih. Hal ini dikarenakan teknik lukis ini menggunakan titik-titik agar menghasilkan tampilan lukisan yang indah dan menawan.


- Teknik spray

Teknik spray merupakan teknik lukis gaya baru dengan menyemprotkan cat ke papan atau media lukis. Teknik lukis ini sering digunakan untuk melukis grafitti di dinding-dinding.


- Teknik campuran


Melukis dengan teknik campuran mengombinasikan dua teknik atau lebih untuk menghasilkan suatu karya yang lebih elegan. Sebagai contoh, kamu dapat mengombinasikan teknik kering dan teknik basah dengan cara memanfaatkan teknik kering terlebih dahulu, kemudian melapisinya dengan teknik basah.


Tujuan seni lukis


- Tujuan religius

Seorang pelukis mampu menjadikan lukisan atau hasil karyanya bernilai keagungan kepada Tuhan YME, leluhur, nenek moyang, atau dewa.


- Tujuan estetis

Seniman yang menampilkan tujuan estetis biasanya akan menampilkan pemandangan keindahan suatu daerah.


- Tujuan ekspresi

Seniman meluapkan segala isi hatinya dalam sebuah karya di kanvas atau kertas yang mewakili rasa bahagia atau sedih.


Pengertian seni gambar

Seni gambar : Seni gambar adalah seni membuat gambar dengan pensil atau spidol, yang biasanya digambarkan di kertas. Seni gambar berwujud dua dimensi. Contoh : Seni kaligrafi.


Pengertian Seni Gambar Menurut Para Ahli

- Affandi

Menurut Affandi (dalam Saiful Haq, 2008, hlm. 2), menggambar dan melukis merupakan perwujudan bayangan angan-angan ataupun suatu pernyataan perasaan/ekspresi dan pikiran yang diinginkan. Perwujudan tersebut dapat berupa tiruan objek ataupun fantasi yang lengkap dengan garis, bidang, warna, dan tekstur dengan sederhana.


- F.D.K Ching

Menggambar merupakan kegiatan menuangkan persepsi visual ke dalam media gambar, seperti yang diungapkan oleh Ching (2002, hlm. 9) bahwa Menggambar adalah membuat guratan diatas sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan terhadap sesuatu. Proses menyalin ini memang mudah dan merupakan aksi ampuh bagi manusia untuk membuat suatu ekspresi visual.

Walaupun semua itu berakar kuat dalam kemampuan kita untuk melihat, menggambar tidak pernah membuat kita mempersepsikan apa yang terlihat sebagai realitas di luar sana dan visi yang ada di dalam pikiran kita.

Dalam proses menggambar, kita menciptakan realitas yang terpisah dan setara dengan pengalaman-pengalaman kita. Penyajian secara grafis yang demikian adalah cara yang vital untuk mencatat hasil observasi, memberi bentuk pada apa yang kita visualiasikan, dan mengomunikasikan berbagai pemikiran dan konsep yang kita miliki.



  • Seni Lukis Kaca Cirebon

Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan batas, sekaligus pintu gerbang Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah di nusantara yang mempunyai keunikan-keunikan dan kekhasan budaya. Dengan keunikan dan kekhasan budayanya itu, menjadikan Kabupaten Cirebon sebagai salah satu kabupaten yang menarik dan menjadikan prioritas kunjungan para wisatawan. Posisinya sebagai kota pelabuhan membuat berbagai kebudayaan dari luar Nusantara masuk ke dalam masyarakat Cirebon yang kemudian berakulturasi dengan kebudayaan setempat. Hal ini mempengaruhi artefak kebudayaan yang ada di Cirebon, salah satunya adalah lukisan kaca atau seni lukis kaca.

Seni lukis merupakan salah satu karya seni dua dimensi yang semua orang hampir mengetahuinya, mulai dari seni lukis yang realistis sampai yang dekoratif. Semua itu bergantung bagaimana seorang seniman atau pengrajin menganut aliran atau paham dalam berkarya seni lukis. Seni lukis kaca merupakan salah satu karya seni atau benda seni, oleh sebab itu untuk dapat dikatakan benda atau karya yang mempunyai nilai estetis dapat dilihat dari unsur-unsur rupa serta prinsip-prinsip desain yang dipakai dan menjadi serangkaian yang berpadu menjadi kesatuan yang utuh dan menjadi satu karya yang indah.


1. Asal usul Seni Lukis Kaca

Seni lukis kaca yang ada di Kabupaten Cirebon, diperkirakan mulai ada sekitar abad ke-18, ketika Sultan membuat lambing kebesaran keraton Cirebon. Lambing itu berbentuk Harimau (macan) yang dilukis bertuliskan huruf Arab (kaligrafi) di atas selembar kaca bening. Lambing keraton Cirebon itu dikenal dengan sebutan “Macan Ali”. Keindahan lukisan pada kaca tersebut membuat seniman Cirebon lainnya mengembangkan di luar keraton pada kira-kira abad ke-19. Pada awalnya seni lukis kaca di luar keraton Cirebon terdapat pada sandaran kursi dan kaca-kaca jendela/pintu kemudian berkembang pada obyek lukisan yang bernafaskan Islam, seperti Ka’bah, masjid, dan buroq. Bahkan lukisan semacam itu oleh masyarakat pedesaan disebut figura (lukisan berbingkai).

Baru pada abad ke-20 seni lukis kaca mulai berkembang dengan teknis pengerjaan yang lebih baik. Sasaran yang menjadi obyek lukisannya seperti wayang kulit, dan kaligrafi (Syahadat, ayat kursi, orang sedang shalat, dan sebagainya).

Lukisan kaca adalah jenis lukisan yang digambari dan diwarnai dari sisi belakang bidang kaca, dan dikerjakan dalam keadaan terbalik. ... Lukisan kaca Cirebon yang mengawali keberadaannya pada paro kedua abad ke-19, adalah bentuk seni rupa yang merupakan perpaduan berbagai unsur budaya.

Tujuan Bertujuan untuk membuat gambar di sebuah kaca yang unik, dan warna menarik, dan juga sebagai hiasan

 2. Tujuan dan Makna Seni Lukis Kaca

Ciri khas lukisan kaca Cirebon adalah Kaligrafi, Wayang dan Batik Cirebon, ada 42 jenis kaligrafi peninggalan para Wali atau Sunan, khususnya Sunan Gunung Jati, semuanya mempunyai makna dan tujuan yang berbeda. Salah satunya adalah Macan Ali berupa tulisan arab dengan 6 lafadz dua kalimat syahadat, kaligrafi ini bertujuan memberikan semangat atau memotivasi pemiliknya agar selalu ingat kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu seni lukis kaca juga melukis tentang dunia pewayangan yang mempunyai sejarah yang luar biasa. Wayang yang biasa di lukis oleh para seniman lukis kaca adalah lukisan Ganesha, gambar dua gajah yang satu membawa pedang dan satunya lagi membawa gada. Lukisan ini dipercaya menjaga kekuatan jahat, biasanya di pajang di depan pintu rumah. Untuk lukisan wayang berdasarkan pesanan bagi orang yang percaya dunia perwayangan. Dalam seni lukis kaca wayang merupakan objek yang sering digambarkan oleh seniman lukis kaca karena pada zaman dulu kala para wali mendakwahkan agama islam dengan menggunakan wayang. Karakter wayang akan disesuaikan dengan hari weton atau kelahiran si pemesan, misalnya tokoh Arjuna Senin, Bima Selasa, Semar Rabu, Hanoman Kamis, Prabu Kresna Jumat, Baladewa Jumat, dan Yudistira Minggu. Masing-masing membawa sifat dan kepribadian berbeda yang diharapkan membawa pengaruh baik bagi pemilik lukisan apabila pesanannya berdasarkan rambu-rambu weton. Adapun pengaruh cerita wayang berasal dari pertunjukan wayang yang diperagakan para wali untuk meyebarkan agama Islam. Kuatnya kepercayaan tokoh wayang yang baik membuat para pengrajin lukisan kaca 7 selalu menampilkan tokoh seperti Kresna, Arjuna, Rama, Lesmana, dan lain-lain.

3. Jenis – Jenis Lukis Kaca

1. Lukis Kaca Wayang

Lukisan Ganesha, gambar dua gajah yang satu membawa pedang dan satunya lagi membawa gada. Lukisan ini dipercaya menjaga kekuatan jahat, biasanya di pajang di depan pintu rumah. Gambar II.1 Lukis Kaca Wayang sumber foto:Sanggar Alam Sunyaragi

2. Lukisan Kaca Kaligrafi Cirebon

Biasanya lukisan ini menggambarkan kaligrafi yang dipadukan dengan ornament-ornament khas Cirebon. 8 Gambar II.2 Lukis Kaca Kaligrafi Cirebon sumber foto:Sanggar Alam Sunyaragi

3. Lukisan Kaca Kaligrafi Islam

Lukisan ini menggambarkan kaligrafi saja tanpa ornament- ornament khas Cirebon. Gambar II.3 Lukis Kaca kaligrafi islam sumber foto:Sanggar Alam Sunyaragi 9

4. Lukisan Kaca Batik Cirebon

Lukisan ini menggambarkan batik Cirebon seperti mega mendung dan wadasan yang dikenal sebagai ornament khas Cirebon. Gambar II.4 Lukis kaca Batik Cirebon sumber foto:Sanggar Alam Sunyaragi

5. Lukisan Kaca Oriental

Lukisan kaca oriental biasanya menggambarkan ornament- ornament khas China dan biasanya lukisan kaca oriental ini merupakan pesanan.Dian mulyadiBanyaknya variasi dalam seni lukis kaca merupakan perkembangan yang dialami oleh seniman untuk membaca selera pasar.itu yang membuat para seniman bisa bertahan hingga saat ini. 10 Gambar II.4 Lukisan Kaca Oriental sumber foto:Sanggar Alam Sunyaragi

6. Plakat Lukis Kaca

Adapun karya dari seniman Dian Mulyadi yang berani membuat seni lukis kaca dengan objek lain bukan hanya dari objek wayang, kaligrafi maupun batik. Dian Mulyadi sudah menunjukan sebuah pengembangan dari seni lukis kaca. Selain itu Dian mulyadi juga membuat plakat yang prosesnya sama seperti seni lukis kaca. Plakat lukis kaca adalah sebuah plakat yang prosesnya tidak seperti plakat pada umumya, plakat lukis kaca ini prosesnya dengan cara dilukis seperti lukis kaca. 11 Gambar II.5 Plakat sumber foto:Sanggar Alam Sunyaragi

4. Peralatan:

1) Kaca bening sebagai media lukisan satu lembar,

2) Cat kayu sebagai pewarna secukupnya,

3) Kuas untuk alat pengecat secukupnya,

4) Kertas untuk sketsa atu lembar,

5) Tripleks untuk pelapis secukupnya,

6) Bingkai kayu untuk penghias tepi sebanyak empat batang,

7) Ballpoint untuk membuat sketsa satu batang,

8) Penggaris untuk membuat garis, satu batang.


5. Proses Pembuatan

1) Persiapan :

– Menyiapkan sketsa gambar

– Menyiapkan kaca

– Menyiapkana tinta hitam dan kuas

2) Inti:

– Meletakkan sketsa gambar di atas meja

– Meletakkan kaca di atas sketsa

– Membuat pola gambar dengan tinta hitam

– Penyaringan

3) Penutup :

– Pemasangan Bingkai

– Pemasangan lapisan kaca


  • Lukisan leang-leang


Lukisan leang-leang merupakan salah satu peninggalan zaman paleolitikum. Zaman paleolitikum sendiri ditandai dengan ditemukannya benda-benda dari batu kasar, berupa kapak genggam (chopper) yang ditemukan di Pacitan (Jawa Timur), Parigi (Sulawesi), Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat). Di Ngandong (Jawa Tengah) ditemukan alat-alat dari batu beraneka warna yang berfungsi untuk mengorek-orek ubi yang disebut flakes dan peralatan dari tulang (bone culture). Selain itu juga ditemukan lukisan kuno di gua Leang-leang (Sulawesi Selatan) objek lukisan di gua ini berupa telapak tangan dan tubuh manusia.  Di Papua objek lukisannya berupa binatang terdapat cipratan darah yang dicampur dengan lemak. seni rupa terapan dan desain. Seni rupa murni adalah suatu karya seni yang menggunakan media visual yang digunakan sebagai pemuas ekspresi pribadi atau karya yang dibuat hanya digunakan untuk kepuasan dirinya sendiri. Seni rupa murni terdiri atas seni lukis, seni grafis, seni patung, seni instalasi. Sedangkan seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang menitikberatkan pada aspek kegunaan atau fungsi. Seni rupa terapan terdiri dari berbagai macam hasil karya seni kriya, baik kriya kayu, kriya kulit, kriya logam, kriya keramik, kriya tekstil, batik.  Seni rupa desain terdiri dari desain produk, desain grafis, desain arsitektur, desain interior-eksterior.

  • Lukisan Lady with Kebaya

Lukisan itu diberi nama Lady With Kebaya. Dibuat di atas kanvas ukuran 113 cm x 76 cm dengan goresan cat minyak. Lukisan beraliran realisme yang mengusung gaya mooi indie itu menggambarkan sosok seorang wanita anggun dalam balutan kebaya ungu dan selendang merah. Kalung emas menghiasi leher jenjangnya. Sementara rambut hitamnya disanggul tradisional.

Lukisan tersebut dibuat oleh maestro Basuki Abdullah. Sementara modelnya adalah Kartini Manoppo, seorang model dan pramugari Garuda Indonesia. Lukisan itulah yang menjadi awal mula percintaan sang pramugari dengan presiden pertama Indonesia, Soekarno.

Kisah cinta Soekarno dan Kartini Manoppo memang berawal dari Lady with Kebaya. Setelah melihat lukisan tersebut pada suatu kesempatan, Soekarno langsung terpikat pada wanita yang menjadi modelnya. Sang proklamator lantas mencari tahu identitas wanita yang dilukis itu langsung dari Basuki Abdullah sendiri.

Tak butuh waktu lama bagi Soekarno untuk mendekati sang model. Dia adalah Kartini Manoppo, seorang gadis ningrat kelahiran Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.

"Engkau sungguh luar biasa!" puji Soekarno terhadap Kartini seperti dikutip dari buku Istri-Istri Sukarno karya Reni Nuryanti.

Setelah Soekarno mengenal Kartini, perempuan cantik itu segera ditugaskan di pesawat kepresidenan, Dolok Martimbang. Kartini menemani hampir setiap perjalanan sang presiden, kecuali jika salah satu istrinya ikut di dalam penerbangan.

Soekarno pun akhirnya menjadikan Kartini sebagai istrinya pada tahun 1959. Namun Kartini dikirim ke Jerman untuk menghindari kemelut politik di tanah air. Dia melahirkan seorang anak lelaki pada tahun 1967. Soekarno menamainya Totok Suryawan Soekarnoputra.


  • Lukisan Dyah Pitaloka

Menurut catatan sejarah Pajajaran oleh Saleh Danasasmita serta Naskah Perang Bubat oleh Yoseph Iskandar, niat pernikahan itu adalah untuk mempererat tali persaudaraan yang telah lama putus antara Majapahit dan Sunda. Raden Wijaya yang menjadi pendiri kerajaan Majapahit dianggap keturunan Sunda dari Dyah Lembu Tal dan suaminya yaitu Rakeyan Jayadarma, raja kerajaan Sunda.

Hal ini juga tercatat dalam Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara parwa II sarga 3. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut pula dengan nama Jaka Susuruh dari Pajajaran. Meskipun demikian, catatan sejarah Pajajaran tersebut dianggap lemah kebenarannya, terutama karena nama Dyah Lembu Tal adalah nama laki-laki.

Alasan umum yang dapat diterima adalah Hayam Wuruk memang berniat memperistri Dyah Pitaloka dengan didorong alasan politik, yaitu untuk mengikat persekutuan dengan Negeri Sunda

Atas restu dari keluarga ke­rajaan Majapahit, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Maha­raja Linggabuana untuk me­lamar Dyah Pitaloka. Upa­cara pernikahan rencananya akan dilangsungkan di Maja­pahit.

Pihak dewan kerajaan Ne­geri Sunda sendiri sebenarnya keberatan, terutama Mang­kubumi Hyang Bunisora Su­radipati. Ini karena menurut adat yang berlaku di Nusan­tara pada saat itu, tidak lazim pihak pengantin perempuan datang kepada pihak peng­antin lelaki. Selain itu ada dugaan bahwa hal tersebut adalah jebakan diplomatik Majapahit yang saat itu sedang melebarkan kekuasaannya. Di antaranya dengan cara menguasai Kerajaan Dompu di Nusa Tenggara.

Linggabuana memutuskan untuk tetap berangkat ke Ma­japahit, karena rasa persau­daraan yang sudah ada dari garis leluhur dua negara ter­sebut. Linggabuana berangkat bersama rombongan Sunda ke Majapahit dan diterima serta ditempatkan di Pesang­grahan Bubat.

Ketika pernikahan akan di­gelar, Raja Sunda datang ke Bubat beserta permaisuri dan putri Dyah Pitaloka dengan diiringi sedikit prajurit. Men­urut Kidung Sundayana, tim­bul niat Mahapatih Gajah Mada untuk menguasai Ke­rajaan Sunda. Gajah Mada ingin memenuhi Sumpah Palapa yang dibuatnya pada masa sebelum Hayam Wuruk naik tahta. Sebab dari berba­gai kerajaan di Nusantara yang sudah ditaklukkan Majapahit, hanya kerajaan Sunda yang belum dikuasai.

Dengan maksud tersebut, Gajah Mada membuat alasan oleh untuk menganggap ba­hwa kedatangan rombongan Sunda di Pesanggrahan Bubat adalah bentuk penyerahan diri Kerajaan Sunda kepada Majapahit. Gajah Mada men­desak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bu­kan sebagai pengantin, tapi sebagai tanda takluk Negeri Sunda dan pengakuan supe­rioritas Majapahit atas Sunda di Nusantara.

Hayam Wuruk sendiri dise­butkan bimbang atas perma­salahan tersebut, mengingat Gajah Mada adalah Mahapa­tih yang diandalkan Majapa­hit pada saat itu.


Gugurnya Rombongan Sunda 

Kemudian terjadi insiden perselisihan antara utusan Linggabuana dengan Gajah Mada. Perselisihan ini di­akhiri dengan dimaki-makinya Gajah Mada oleh utusan Ne­geri Sunda yang terkejut bahwa kedatangan mereka hanya untuk memberikan tanda takluk dan mengakui superi­oritas Majapahit, bukan ka­rena undangan sebelumnya. Namun Gajah Mada tetap dalam posisi semula.

Belum lagi Hayam Wuruk memberikan putusannya, Gajah Mada sudah mengera­hkan pasukannya (Bhayang­kara) ke Pesanggrahan Bubat dan mengancam Linggabu­ana untuk mengakui superi­oritas Majapahit.

Demi mempertahankan kehormatan sebagai kesatria Sunda, Linggabuana menolak tekanan itu. Terjadilah pepe­rangan yang tidak seimbang antara Gajah Mada dengan pasukannya yang berjumlah besar, melawan Linggabuana dengan pasukan pengawal kerajaan (Balamati) yang ber­jumlah kecil serta para peja­bat dan menteri kerajaan yang ikut dalam kunjungan itu. Peristiwa itu berakhir dengan gugurnya Linggabuana, para menteri, pejabat kerajaan beserta segenap keluarga ke­rajaan Sunda. Raja Sunda beserta segenap pejabat ke­rajaan Sunda dapat didatan­gkan di Majapahit dan bi­nasa di lapangan Bubat.

Tradisi menyebutkan, sang Putri Dyah Pitaloka dengan hati berduka melakukan bela pati, bunuh diri untuk mem­bela kehormatan bangsa dan negaranya. Tindakan ini mun­gkin diikuti oleh segenap pe­rempuan-perempuan Sunda yang masih tersisa, baik bangsawan ataupun abdi.


  • Lukisan Gadis Sunda


Lukisan karya Basuki Abdulah dengan judul karya “Gadis Sunda” yang dibuat pada tahun 1951 ini  masih memvisualkan kesenangannya melukis wanita. Terlihat subjek matter yang terlihat adalah seorang gadis yang duduk tersipu, dengan ekspresi wajah yang tampak gundah. Gadis tersebut memakai kebaya khas sunda berwarna kuning dengan bawahan rok dari kain jarik berwarna coklat. Kemudian gadis tersebut duduk pada sebuah tikar di dalam rumah yang bertembokan bilik dari anyaman bambu. Gadis itu duduk dengan tangan kirinya memegang salah satu sendalnya yang ia lepas.

Lukisan ini berbentuk figuratif yang memperlihatkan seluruh tubuh dari gadis tersebut meskipun dia dengan posisi duduk. Lukisan ini berbentuk vertikal yang dibuat  dengan media cat minyak pada kanvas dengan ukuran 90x65 cm. Terdapat  kesan gelap terang yang ditampilkan oleh Basuki. Cahaya terkesan berasal dari arah diagonal samping kanan gadis sunda tersebut. Warna yang digunakan cenderung dari warna kuning-kuning keemasan hingga hitam gelap. Meskipun ada yang terkesan berwana putih namun tampak kusam.  Basuki abdulah terkesan ingin menampilkan sosok gadis sunda yang terkesan apa adanya dan sangat lugu dan kalem.


  • Lukisan Prabu Siliwangi

Prabu Siliwangi merupakan seorang penguasa Sunda-Galuh yang mendapatkan gelar sebagai Sri Baduga Maharaja Ratu Haji yang berada di  Pakuan Pajajaran Sri Sang Raru Dewata.

Hal ini di karenakan Prabu Siliwangi dinobatkan sebanyak dua kali yaitu: yang pertama pada saat Jaya Dewata menerima tahta Kerajaan Galuh yang   di dapatkan dari sang ayah (Prabu Dewa Niskala)

Yang kedua Prabu Siliwangi dinobatkan pada saat Prabu Siliwangi  menerima tahta dari Kerajaan Sunda.

Prabu Siliwangi juga di kenal dengan nama lain yaitu Sri Baduga Mahajara. Hal ini berdasarkan tradisi lama yang tidak di perbolehkan menyebutkan gelar yang sesungguhnya. Maka karena hal ini Prabu Siliwangi banyak di kenal dengan nama tersebut.

Selain itu Prabu Siliwangi berasal dari dua kata yaitu “Sillih yangartinya pengganti” dan juga “wewangi ” sehingga Prabu Siliwangi adalah Pengganti Prabu Wangi.

Selain itu Prabu Siliwangi mendapatkan julukan yang di kenal mempunyai ilmu kesaktian yang di sebut juga Ajian Macam Putih. Selain itu juga beliau memimpin pada saat masa keemasan Pakuan yaitu selama 39 tahun (1482-1521).

Prabu Siliwangi sangat di hormati oleh Pangeran Cakrabuana maupun Syarif Hidayat. Hal ini membuat hubungan yang kurang baik antara Pajajaran dengan Cirebon tidak sampai menjurus ke dalam untuk menjatuhkan pemerintahan.

Karena keakraban antara Cirebon dengan Demak membuat kurangnya Prabu Siliwangi suka. Bukan kurang menyukai kerajaan Cirebon itu. Dan Prabu Siliwangi tidak merasa keberatan dengan  ajaran islam, apalagi salah satu permaisuri Prabu Siliwangi adalah seorang muslim. Bahkan Prabu Siliwangi memberikan izin kepada anaknya untuk mengikuti ajaran agama  ibunya sejak masih kecil.

Hal ini membuat adanya perbedaan pandangan dan juga perbedaan keyakinan, namun itu semua tidak sampai membuat pertumpahan darah yang terjadi antara mereka. Hal ini membuat pemerrintahan pada masa Prabu Siliwangi di sebutkan sebagai pemerintahan yang penuh dengan keadilan dan toleransi.


  • Kaligrafi Aksara Sunda


Kaligrafi atau seni mereka tulisan indah telah biasa digunakan dalam huruf Arab atau huruf Latin. Khususnya pada tulisan formal. Perkembangan kaligrafi untuk kedua aksara tersebut terhitung telah cukup lama. Tetapi untuk aksara Sunda, kelihatannya belum begitu berkembang dalam gaya kaligrafi. Di masyarakat sekarang, aksara Sunda tampaknya baru digunakan untuk menulis biasa atau standar persis seperti bentuk dasarnya. Biarlah saja untuk sementara ini, sebab pengembangan gaya kaligrafi memerlukan waktu.

Di Arab kaligrafi yang disebut khat merupakan salah satu cara untuk menambahkan unsur keindahan terhadap objeknya. Selain dipakai dalam dokumen tertulis, kaligrafi banyak juga diterapkan pada bangunan. Misalnya saja diterapkan pada bagian-bagian masjid. Ornamen-ornamen masjid banyak yang menggunakan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an. Begitu juga dengan masjid-masjid yang ada di daerah kita. Tampaknya “tidak afdol” bila masjid atau mushola tidak menggunakan ornamen kaligrafi.

Kaligrafi aksara Arab yang dipakai memiliki berbagai jenis gaya. Di antara gaya yang populer yaitu kufi, nabati, tsuluts nan naskhi. Setiap gaya memiliki ciri masing-masing yang berbeda. Tentunya gaya ini berdasarkan kemampuan imajinasi pembuatannya secara konsisten. Kaligrafi aksara Arab saat ini banyak diajarkan di pesantren, sebagai subyek tambahan dalam pengajaran menulis. Hal inilah yang menjadikan kaligrafi Arab dikenal secara luas oleh masyarakat.

Bila kaligrafi diterapkan untuk aksara Sunda, tentu sangat bagus. Sesungguhnya, keindahan bentuk aksara Sunda dapat ditelusuri dari naskah-naskah. Beberapa naskah memiliki bentuk aksara yang indah serta rapi. Tentu hal ini adalah hasil kreatifitas penulisnya sehingga dapat membuat bentuk yang memiliki rasa seni tinggi. Saya tertarik oleh salah satu naskah lontar koleksi kabuyutan Ciburuy yang memiliki bentuk aksara indah. Tulisannya konsisten dan digarap dengan sangat teliti. Sehingga aksara yang dihasilkan, selain dapat jelas terbaca, juga terlihat indah.

Keindahan yang muncul dari berbagai bentuk aksara yang dituliskan  tergantung kepada berbagai hal. Terutama kemampuan membaca dan menulis . Selain itu pengetahuan terhadap tarikan garis juga penting. Aksara Sunda kuna ditulis menggunakan pisau pangot yang runcing ujung matanya dan sangat tajam. Dengan demikian hasilnya berupa bentuk aksara yang memiliki garis tipis dan cenderung seragam. Sangat berbeda dengan aksara Arab atau aksara Latin yang memiliki bentuk tipis-tebal. Hal ini karena kedua aksara tersebut menggunakan alat tulis yang berbeda.

Tipis atau tebalnya garis ditentukan oleh ujung alat tulisnya. Untuk aksara Arab dan Latin biasanya menggunakan kalam atau pena yang memilki ujung yang berbentuk khusus, serta menggunakan tinta. Berdasarkan bukti yang ditemukan, dalam naskah Sunda kuna pun ditemukan penulisan yang menggunakan gaya tipis-tebal. Umumnya ditemukan pada naskah-naskah yang berbahan dasar daun gebang. Tetapi aksara yang digunakan pada umumnya adalah aksara  Buda/Gunung. Meskipun demikian, ini adalah conto yang baik sebagai dasar untuk mengembangkan bentuk-bentuk kaligrafi aksara Sunda.

Untuk aksara Sunda baku, gaya kaligrafi tentunya dapat dikembangkan lebih luas lagi. Berbagai jenis alat tulis saat ini dapat dipilih untuk menghasilkan garis tulisan yang memiliki karakter khas. Apalagi sudah banyak jenis pulpen atau spidol yang dibuat khusus untuk menulis kaligrafi. Tentunya hal itu merupakan potensi untuk mengembangkan gaya-gaya kaligrafi aksara Sunda.

Potensi untuk menerapkan aksara Sunda ke dalam gaya kaligrafi sangatlah besar. Meskipun aksara belum begitu bisa digunakan sepenuhnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun setidaknya dapat dipakai untuk keperluan khusus. Misalnya saja untuk menulis sertifikat, cenderamata, atau karya kreatif lainnya.

Agar masyarakat mengenal gaya kaligrafi aksara Sunda, perlu dukungan dari banyak pihak. Untuk lingkungan pendidikan, tampaknya model pengajaran kaligrafi yang biasa dipakai di pesantren dapat dijadikan contoh. Tapi tentunya tergantung kita. Apakah ada niat untuk mengembangkan kaligrafi aksara Sunda, atau tidak? Bila keberadaan aksara Sunda telah cukup kuat di masyarakat, sangat diharapkan munculnya gaya-gaya tulisan yang khas, layaknya dalam kaligrafi aksara Arab.



BAB III

Penutup

KESIMPULAN

Seni Lukis adalah sebuah cabang dari seni visual yang mengutamakan kerja manual. Kerja manual yang dimaksudkan adalah sebuah proses kerja fisik dan hubungan langsung antara perupa/pelukis dengan karya yang dihasilkan. Proses pengerjaan secara manual tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang eksklusif/satu-satunya. Selain daripada hasil eksklusif yang diharapkan adalah bagaimana kemudian latar belakang dan pemilihan teknik pengerjaaan karya lukisan dapat menjadi sebuah pertimbangan dalam rangka kegiatan mengkoleksi karya. Namun upaya plagiatisme/meniru/memalsu sebuah lukisan telah cukup menjadi isu dan perilaku kejahatan yang mengganggu keberlangsungan kerja kreatif tersebut.

Telah banyak pekerja kreatif khususnya pelukis yang telah mengalami bagaimana karya-karya dipalsukan hingga mrngalami kerugian secara finansial maupun moral. Bahkan hingga hari ini upaya pemalsuan masih menghantui dunia seni lukis. Memalsu sebuah karya untuk mendapatkan keuntungan adalah sebuah tindakan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai apresiasi terhadap karya lukisan. 




DAFTAR PUSTAKA


https://serupa.id/pengertian-menggambar-jenis-teknik-alat-pendapat-ahli/

https://gizigo.id/kerajinan/seni-lukis-kaca/

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210114161948-199-593813/lukisan-gua-tertua-dunia-ada-di-ri-tanda-kecerdasan-budaya

https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Prasejarah_Leang-Leang

https://id.wikipedia.org/wiki/Dyah_Pitaloka_Citraresmi

https://www.merdeka.com/gaya/kisah-lukisan-basuki-abdullah-yang-jadi-saksi-asmara-soekarno-dan-pramugari-garuda.html

https://nasional.okezone.com/read/2021/10/10/337/2484188/asal-usul-prabu-siliwangi-raja-termasyhur-dari-tanah-sunda

https://merajutindonesia.id/tilik/91fzzf/aksara-sunda-dalam-gaya-kaligrafi

Comments

Popular posts from this blog

Tugas Pengantar Web Science M2 - Pengertian Web

MUSIK DAN LAGU DAERAH